Blatter Buka Nada Mengenai Kasus Korupsi FIFA – Presiden FIFA Sepp Blatter mengaku akan mensupport penuh langkah otoritas hukum Amerika Serikat (AS) mengusut tuntas kasus dugaan korupsi & suap dalam proses pemenangan Rusia & Qatar juga sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 & 2022.
Opini itu di sampaikan Blatter sesudah kepolisian Swiss menangkap sembilan tokoh sepak bola dunia, tujuh diantara mereka yakni pejabat FIFA di Zurich, Rabu (27/5/2015). Terkecuali itu, polisi pun menangkap empat eksekutif di sektor pemasaran, pula calo pembayaran tidak legal.
Federal Office of Justice (FOJ) Swiss memaparkan, penangkapan itu dilakukan berdasarkan permintaan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) kepada kasus korupsi & suap sejak 1990-an sampai sekarang ini. Oleh dikarenakan itu, menurut FOJ, ke-14 orang yg diduga terlibat tersebut dapat diekstradisi ke AS sebab kasusnya dapat dilimpahkan ke Kejaksaan New York.
“Ini merupakan disaat yg susah untuk sepak bola, fans, & buat FIFA selaku organisasi. Kami mengerti kekecewaan yg sudah diekspresikan tidak sedikit orang & aku tahu kejadian ini bakal memberikan efek terhadap kiat pandang penduduk kepada kami,” papar Blatter seperti dilansir dalam web resmi FIFA.
“Kejadian ini sayangnya. Mesti dijelaskan seandainya kami menerima aksi & investigasi seperti ini oleh otoritas Amerika Serikat & Swiss. Aspek ini tentu dapat menolong FIFA mengeluarkan akar beraneka ragam aksi yg salah di dalam dunia sepak bola.”
“Saat ada orang-orang yg frustrasi dgn perubahan, kami tegaskan perbuatan seperti ini mesti tetap dilakukan & dapat dilakukan dengan cara berkelanjutan. Faktanya, perbuatan dari pihak yg berwajib Swiss hri ini pula didukung oleh beraneka data yg kami memberi terhadap mereka thn dulu.”
“Biar aku jelaskan bahwa segala macam perbuatan salah tak mempunyai ruang di sepak bola & kami bakal pastikan seandainya seluruh orang yg terlibat dapat dikeluarkan dari turnamen. Tentang kejadian hri ini, Komite Etik Independen, yg pula sedang periksa tuduhan korupsi kepada pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 & Piala Dunia 2022, bakal membawa perbuatan tegas utk memberikan sanksi terhadap individual tersebut dari segala kegiatan berbau sepak bola di level nasional ataupun internasional.”
“Tindakan seperti ini yaitu langkah sama yg FIFA memberi dalam sekian banyak thn terakhir buat mengeluarkan siapa pula anggota yg melanggar Kode Etik. Kami bakal konsisten bekerja sama dgn pihak yg terkait utk mencabut seluruh akar yg menyimpang dari FIFA, utk mendapati kembali kepercayaan Kamu & menentukan sepak bola dunia bebas dari perbuatan menyimpang.” ujar Blatter.
Operasi penangkapan dilakukan di disaat para eksekutif FIFA sedang berkumpul di Zurich utk laksanakan kongres yg dapat mengagendakan pemilihan presiden FIFA musim 2015-19 kepada Jumat (29/5/2015). Blatter rencananya bakal mencalonkan diri utk kelima kalinya.
Bukan kasus baru
Di tengah proses pemilihan presiden baru, semasa kepemimpinan Blatter, FIFA pada awal mulanya benar-benar kerap dikait-kaitkan bersama beragam rumor tak sedap, salah satunya isu suap. Dugaan suap dalam proses pemenangan pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 & 2022 jadi isu yg amat sering diangkat ke publik.
Qatar mengalahkan AS, Australia, Jepang & Korea Selatan terhadap proses voting tuan rumah Piala Dunia 2022. Padahal, dalam salah satu laporan teknik FIFA mengingatkan soal tingginya temperatur hawa di negara Timur Tengah itu tatkala Juni-Juli yg berisiko buat kesehatan pemain.
Di tengah sebanyak seruan buat dilakukannya voting ulang, investigator FIFA Michael Garcia laksanakan investigasi kasus tersebut sebelum Piala Dunia 2014 bergulir. Akhirnya, FIFA diminta buat mengutamakan transparansi lantaran Garcia mengaku kesusahan menyelidiki sekian banyak kasus itu lantaran minimnya kabar dari pihak-pihak terkait yg diduga terlibat.
Tetapi, sekian banyak minggu sesudah melaporkan usulan tersebut, Garcia justru mengundurkan diri. Laki Laki yg bekerja juga sebagai Jaksa di New York itu menciptakan ketetapan tersebut juga sebagai wujud protes dikarenakan Hakim FIFA Hans-Joachim Eckert menilai tidak ada bukti korupsi & penyuapan dalam laporan investigasinya.
Eckert mengatakan penjelasan soal keputusannya menghentikan penyelidikan pada Federasi Sepak Bola Rusia (FUR) & Federasi Sepak Bola Qatar (QFA) dalam dokumen setebal 42 halaman. Menurut Garcia, laporan Eckert itu tak komplit & mempunyai jumlahnya kesalahan tentang bersama fakta & ringkasan dari hasil penyelidikan yg dilakukan Garcia.
Dua generasi
Isu suap & korupsi di dalam badan fifa benar-benar telah berjalan tatkala dua generasi. Kepada 1998, Presiden FIFA Joao Havelenge, pernah pula tersandung kasus suap. Menurut hasil investigasi Komite Etik kepada 2011, laki laki yg menjabat sbg ketua FIFA musim 1974-1998 itu terbukti menerima suap sampai 55 juta dolar AS.
Terkecuali isu suap, sekian banyak anggota FIFA pula sekian banyak kali terkena skandal dugaan korupsi. Sample yang lain yakni kasus yg menimpa Canover Watson (43), salah satu dari delapan anggota FIFA Financial Watchdog diringkus Kepolisian Satuan Anti-Korupsi Kepulauan Cayman sesudah diduga terlibat dalam kasus korupsi & pencucian duit.
Menurut pendapat pihak kepolisian, Watson dibekuk dikarenakan dicurigai lakukan pelanggaran yg tidak searah bersama pasal 13 UU Anti-Korupsi Kepualauan Cayman, pula penyalahgunaan jabatan publik. diluar itu, kepolisian pun melaporkan sudah berlangsung konflik kebutuhan & kecurigaan adanya pencucian duit yg tidak sejalan bersama pasal 133 UU Hukum Hasil Penerimaan Jabatan.